Selamat datang di Komunitas Kami

Ingin bergabung dengan anggota kami? Jangan ragu untuk mendaftar hari ini.

  1. Halo Guest, silahkan baca Peraturan Forum kami disini.
    Terimakasih
    Dismiss Notice

Whatsapps Hasanah dan Dhalalah

Discussion in 'Kolom' started by Faried Wijdan, 31 August 2016.

  1. Faried Wijdan

    Faried Wijdan New Member
    Registered

    Joined:
    30 August 2016
    Messages:
    4
    Likes Received:
    3
    Profesi:
    Pengamat Pendidikan
    Pendidikan:
    S2
    Hari kiwari, di zaman gadget yang serba sophisticated adalah kemustahilan yang nyata bila pengguna teknologi smartphone tidak menggunakan aplikasi WhatsApp Messenger sebagai sarana komunikasi. Aplikasi hemat bandwith ini tangkas dan stabil mengirimkan pesan lintas platform yang memungkinkan kita bertukar pesan tanpa biaya SMS, karena WhatsApp Messenger menggunakan paket data internet yang sama untuk email, browsing web, dan lain-lain. Dengan menggunakan WhatsApp, kita dapat melakukan obrolan online, berbagi file, bertukar foto dan lain-lain.

    Menurut rilis CEO WhatsApp Jan Koum bahwa jaringan social ini sudah menembus 1 miliar pengguna aktif. Ketika diakuisisi oleh Facebook, aplikasi ini hanya dipakai oleh sekitar 450 juta pengguna aktif. Melalui halaman Facebook, Jan Koum memasang sebuah banner yang menunjukkan bahwa WhatsApp mengirim 42 miliar pesan, berbagi 1,6 miliar foto dan berbagi 250 juta video setiap hari. Padahal aplikasi inovasi ini hanya digawangi oleh 57 orang insinyur di Silicon Valley sana. Fantastis memang!

    Ada beberapa hal positif yang bisa kita manfaatkan dengan bergabung di grup WA, seperti: Personal branding, personal marketing, entertaining, monitoring dan updating informasi, networking, wasilah menyebarkan kebaikan bukan konten hoax dan kebencian, membagi konten-konten keagamaan yang menyejukkan dan mendamaikan, tidak memfitnah, menghasut, dan memecah belah umat.

    Sebaliknya, ikut grup WA bisa menimbulkan mudarat. Ditemukan sebuah diagnosa baru bernama WhatsAppitis untuk menyebut gangguan akibat terlalu sering menggunakan WhatsApp. Sebagaimana riset seorang dokter asal Spayol, Ines Fernandes-Guerrero dari Granada General University Hospital, menemukan salah seorang pasiennya mengeluh pada kedua pergelangan tangannya. Setelah ditelusuri, si pasien ternyata sering menggunakan WhatsApp. Gangguan ini lantas disebut dengan WhatsAppitis. WhatsApp dianggap sebagai biang keladi lantaran pasien perempuan berusia tidak mempunyai riwayat bekerja berat sebelumnya.

    Seperti yang ditulis oleh Fenandez-Guerrero dalam laporannya, pasien tersebut terus memegang ponselnya selama enam jam untuk membalas pesan dari WhatsApp kepada teman-temannya. Selain karena posisinya yang statis, berat ponsel yang 4,5 ons, disinyalir sebagai salah satu penyebabnya.

    Setelah pemeriksaan itu, Fernandez-Guerrero menyarankan agar perempuan tersebut untuk sementara waktu meninggalkan ponsel pintarnya itu, tapi tidak mempan. Upaya lain juga dilakukan, yaitu dengan memberinya obat anti-inflamasi nonsteroid. Hasilnya nihil juga, juga obat itu ternyata tidak mampu mengontrol si perempuan untuk “menjauh” dari ponsel.

    Di laman Boldsky, Selasa (30/6/2015) dilansir berita bahwa penggunaan WhatsApp yang begitu sering rupanya dapat memberikan efek negatif bagi para penggunanya, yakni berupa kecanduan, dengan gejala-gejala sebagaimana berikut:

    1. Histeris ketika mendengar notifikasi WhatsApp

    Adalah normal jika Anda histeris ketika mendengar telepon dari sang gebetan atau pun telepon/pesan dari sang atasan bahwa Anda naik jabatan. Namun, jika Anda histeris dan langsung menyambar ponsel Anda ketika Anda mendengar suara notifikasi WhatsApp yang Anda belum tahu siapa pengirimnya, Anda positif kecanduan.

    2. Buka WhatsApp setiap saat: pagi, siang, dan malam

    Anda fix kecanduan WhatsApp jika aplikasi ini menjadi hal pertama yang Anda buka ketika bangun tidur di pagi hari dan sebelum tidur di malam hari.

    3. Gemar update status

    Sama halnya ketika Anda memiliki akun BBM, WhatsApp memungkinkan para penggunanya untuk meng-update status, jika Anda gemar menulis status di kolom status WhatsApp kemana pun Anda melangkah, dimana pun Anda berada, apa yang sedang Anda makan, rasakan, dan masih banyak lagi, otomatis Anda merupakan status-freak yang kecanduan WhatsApp.

    4. Perfeksionis

    Maksud dari perfeksionis disini adalah Anda suka kesal dan merasa aplikasi WhatsApp Anda tidak lengkap karena Anda melihat terdapat kontak yang tidak memasang foto profil atau bahkan tidak memasang statusnya (untuk level yang sangat akut).

    5. `Gemas` dengan teman yang tidak punya WhatsApp

    Jika Anda kesal terhadap orang yang tidak menggunakan aplikasi WhatsApp lantaran Anda tidak bisa berkomunikasi dengannya dan hanya bisa berkirim pesan lewat sms, ini merupakan salah satu tanda Anda kecanduan.

    6. Setia menunggu balasan

    Jika Anda terus-terusan menatap layar ponsel karena menunggu balasan WhatsApp selama berjam-jam, sudah tidak bisa dipungkiri bahwa Anda sudah memasuki level pecandu akut.

    7. Bertengkar dan baperan karena WhatsApp

    Ini merupakan level yang bisa dibilang sangat tinggi di semua tingkatan pecandu WhatsApp. Jika Anda sering bertengkar dengan teman dan begitu sensitif lantaran teman Anda lama atau tidak membalas pesan Anda sama sekali, Anda sudah harus sadar bahwa WhatsApp sangat mempengaruhi kehidupan Anda.

    Sekarang, semuanya tergantung pemakai (user), bisa memanaj ponsel pintarnya untuk kebaikan, kemanfaatan bagi diri, sesama dan bangsa atau malah sebaliknya ponsel pintar yang 'menguasai' waktu, jiwa, dan psikis Anda. Sila pilih ber-WA secara Hasanah (baik, bermanfaat) atau dan jauhi ber-WA secara dhalalah (menyesatkan, merugikan).

    Faried Wijdan, Manajer Redaksi Sebuah Penerbitan
     
    #1 Share Faried Wijdan, 31 August 2016
    Last edited: 31 August 2016
  2. edi slamet

    edi slamet Administrator
    Staff SN Registered

    Joined:
    10 August 2016
    Messages:
    108
    Likes Received:
    39
    Profesi:
    Pendidik
    Pendidikan:
    Lainnya
    kadang perlu juga mematikan gadget kita, cobalah berkoneksi dengan dunia nyata, bikin seger....engga stress..semoga
     

Share This Page